Rabu, 05 Oktober 2011

Think Pair Share


METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
(Tugas Makalah Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran)





Oleh

1.      Intan Ferlina (0853022028)
2.      Leni Susnita (0853022031)
3.      Nova Lusiana (0853022038)
4.      Tri Lego Indah F N (0853022053)
5.      Yesica Novariza (0853022058)




PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2010


I.                   PENDAHULUAN

Dalam belajar kelompok siswa sering lebih paham akan apa yang disampaikan oleh temannya sendiri daripada oleh guru. Bahasa yang digunakan oleh siswa lebih mudah ditangkap oleh siswa lain Pada kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa perlu dipupuk suasana yang saling membantu, saling menghargai dan bukan suasana persaingan. Siswa harus diberi pengertian bahwa orang yang memberi ilmu justru akan lebih memperkaya orang yang memberinya. Sambil menjelaskan kepada temannya ia akan lebih menguasai materi itu. Maka, sangat diperlukan adanya suatu model pembelajaran berbasis kelompok yang bisa menjawab keterbutuhan siswa. Model pembelajaran yang tepat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah metode pembelajaran kooperatif berbasis Think Pair Share (TPS).





TPS singkatan dari Think Pair Share atau Berpikir-Berpasangan- Berbagi, merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.


TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontrukivisme yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok.


Untuk lebih banyak mengetahui tentang metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share maka perlu adanya suatu pembahasan yang lebih mendalam mengenai hal ini.


Hal-hal tersebut diatas yang melatar belakangi penyusunan makalah ini.



















II.                PEMBAHASAN





a.      Definisi metode pembelajaran Think Pair Share (TPS)





TPS singkatan dari Think Pair Share atau Berpikir-Berpasangan- Berbagi, merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. (Direktorat PLP modul SN-38 2004:17).





TPS (Think-Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual (Ibrahim dkk : 2000 ).








b.      Sejarah Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS)





Think-Pair-Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran TPS relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif.  TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota).





Metode pengajaran  tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think-Pair-Share  memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir dan merespons serta saling membantu yang lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai yang telah dijelaskan oleh guru atau yang telah dibaca. Guru lebih memilih metode Think-Pair-Share dari pada metode tanya jawab untuk kelompok secara keseluruhan (whole-group question and answer).





c.       Prosedur Pelaksanaan Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS)





TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Misalkan seorang guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas dan guru menginginkan siswa memikirkan lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Untuk itu guru dapat menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :





Tahap I : Thinking ( berpikir ). Guru mengajukan pertanyaan atau soal yang berhubungan dengan pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan atau soal tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.


Tahap II : Pairing ( berpasangan ). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau berbagi ide. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.


Tahap III : Sharing ( berbagi ). Pada tahap akhir ini, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan kelompoknya tentang apa yang telah mereka bicarakan.


Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.





d.      Prosedur Pembelajaran Menggunakan Metode Think Pair Share


TPS memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Namun, tahapan TPS dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim. Adapaun siklus regular pembelajaran yang dimaksud adalah :


a.       tahapan pengajaran


b.      tahapan belajar tim


c.       tahapan TPS


d.      tahapan penilaian


e.       tahapan rekognisi/penghargaan.





Dalam TPS, guru menantang dengan pertanyaan terbuka dan memberi siswa setengah sampai satu menit untuk memikirkan pertanyaan itu. Hal ini penting karena memberikan kesempatan siswa untuk mulai merumuskan jawaban dengan mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa kemudian berpasangan dengan satu anggota kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk di dekatnya dan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan selama beberapa menit.





Guru dalam hal ini dapat mengatur pasangan yang tidak sekelompok untuk menciptakan variasi gaya gaya belajar bagi siswa. Struktur TPS memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk mendiskusikan ide-ide mereka.  Hal ini penting karena siswa mulai untuk membangun pengetahuan mereka dalam diskusi ini, di samping untuk mengetahui apa yang mereka dapat lakukan dan belum ketahui. Proses aktif ini biasanya tidak tersedia bagi siswa dalam pembelajaran tradisional.





Setelah beberapa menit guru dapat memilih secara acak pasangan yang ingin berbagi di hadapan kelas. Proses ini dapat dilakukan dengan meminta inisiatif siswa. Siswa biasanya lebih rela untuk merespon setelah mereka memiliki kesempatan untuk mendiskusikan ide-ide mereka dengan teman sekelas karena jika jawabannya salah, rasa malu dapat dirasakan bersama. Selain itu, tanggapan yang diterima sering lebih intelektual sehingga melalui proses ini siswa dapat mengubah atau merefleksi ide-ide mereka.





Struktur TPS juga meningkatkan keterampilan komunikasi lisan siswa ketika mereka mendiskusikan ide-ide mereka dengan satu sama lain. “Intermezzo” singkat ini juga dapat dijadikan kesempatan yang tepat bagi guru untuk membahas konsep yang akan didiskusikan atau dipelajari siswa pada periode berikutnya. Salah satu variasi dari struktur TPS ini adalah siswa dapat menuliskan pikiran mereka di sebuah kartu dan mengumpulkannya. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk melihat apakah ada masalah dalam pemahaman mereka.





Dalam Implementasinya secara teknis Howard (2006) mengemukakan lima langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TPS, sebagai berikut:


Step 1 : Guru memberitahukan sebuah topik dan  menyatakan berapa lama setiap siswa akan berbagi informasi dengan pasangan mereka.


Step 2  : Guru akan menetapkan waktu berpikir secara individual.


Step 3  : Dalam pasangan, pasangan A akan berbagi; pasangan B akan mendengar.


Step 4 : Pasangan B kemudian akan merespon pasangan A.


Step 5 : Pasangan berganti peran.





 Howard (2006), memberikan stressing terhadap sebuah pilihan yang dapat diperhatikan pada struktur TPS ini, yaitu guru dapat menetapkan respon awal sebelum step 4. Misalnya, terima kasih atas sharingnya, satu hal saya telah pelajari dengan mendengarkan kamu …, saya senang mendengarkan kamu sebab….





Pembelajaran kooperatif besar karena otak yang berbeda memungkinkan untuk berkonsentrasi pada ide-ide yang sama. Semua siswa berasal dari orang tua yang berbeda dan karena itu mereka memiliki kekuatan dalam bidang yang berbeda, sehingga hal ini cocok untuk pembelajaran kooperatif. Dalam Pembelajaran TPS, jika siswa tidak kuat dalam sebuah topik, atau tidak sepenuhnya memahami konsep ide, pasangan mereka dapat membantu memahami dan menjelaskannya kepada mereka. Jika siswa masih tidak mengerti mereka bisa mencoba untuk memberi pemahaman secara sederhana dan akrab. Biasanya dua otak bekerja lebih baik dari pada satu.





Pembelajaran TPS dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.





Pembelajaran TPS juga mengembangkan keterampilan, yang sangat penting dalam perkembangan dunia saat ini. Pembelajaran TPS bisa mengajarkan orang untuk bekerja bersama-sama dan lebih efisien, biasanya kegiatan praktik perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan bekerja sama, dua orang dapat menyelesaikan sesuatu lebih cepat.





e.       Langkah – Langkah Pembelajaran Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Sesuai dengan namanya, berikut ini adalah langkah-langkah yang diterapkan dalam TPS (Think-Pair-Share):
Tahap 1: Think (berfikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2: Pairing (berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengijinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Untuk lebih jelasnya disini akan dijelaskan langkah-langkah pada tahap ke-2 ini adalah:
1 Langkah 1 : Bekerja berpasangan. Tim atau kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan. Satu siswa di dalam pasangan itu mengerjakan lembar kegiatan atau masalah, sementara siswa yang lain membantu atau melatih.
2 Langkah 2 : Pelatih mengecek. Siswa yang menjadi pelatih mengecek pekerjaan partnernya. Apabila pelatih dan partnernya itu tidak sependapat terhadap suatu jawaban atau ide, mereka boleh meminta petunjuk dari pasangan lain.
3 Langkah 3 : Pelatih memuji. Apabila pelatih dan partner sependapat, pelatih memberikan pujian.
4 Langkah 4 : Bertukar peran. Seluruh partner bertukar peran dan mengulangi langkah 1-3 sampai semuanya setuju dangan jawaban yang dikerjakan.

Tahap 3: Sharing (berbagi). Pada tahap akhir, guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai yang telah mereka bicarakan. Langkah ini efektif jika guru bekeliling kelas dari pasangan yang satu kepasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melaporkan.



f.       Keunggulan Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS)





Secara umum keunggulan dari metode pembelajaran Think Pair Share adalah :


1.      Pembelajaran TPS dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.


2.       Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.


3.       Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.


4.       Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.





5.      Kelemahan Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS)





Secara umum kelemahan metode pembelajaran TPS yaitu :


1.       Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.


2.       Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.


3.       Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang  berharga


Sedangkan menurut  (Lie : 2004) kelemahan metode pembelajaran Think Pair Share adalah :


(1)   metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah,


(2)    sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal,


(3)   menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan,


(4)    mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa .


6.      Alternatif Solusi


Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka alternatif solusi yang ditawarkan yaitu


1.       Guru sebaiknya membentuk kelompok-kelompok belajar agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.


2.      Sebelum berdiskusi secara kelompok hendaknya siswa telah mempunyai pendapat dari pemikirannya sendiri dan didiskusikan terlebih dahulu dengan teman pasangannya sehingga suasana diskusi kelompok akan lebih hidup.


3.       Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran TPS agar siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.





 

III.             KESIMPULAN




Dari pembahasan tersebut diatas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :


1.      Think Pair Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.


2.      Langkah –lngkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share meliputi Tahap-1: Thinking (berpikir),Tahap-2 :   Pairing (berpasangan)  dan Tahap-3 : Sharing (berbagi pendapat) .


3.      Siklus regular pembelajaran menggunakan metode Think Pair Share meliputi :


a. tahapan pengajaran


b. tahapan belajar tim


c. tahapan TPS


d. tahapan penilaian


e. tahapan rekognisi/penghargaan


4.      Kelebihan Strategi TPS (Think-Pair-Share) memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.


5.       Kelemahan dari TPS (Think-Pair-Share) antara lain:
1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang




DAFTAR PUSTAKA




1 komentar:

  1. ijin copy mbk.. hehehe
    makasih ya
    salam kenal dri wong deso.. hehe

    BalasHapus